Jadidengan adanya ini tadi, maka nyatalah kepada kita bahwa Nur Muhammad itu jadi daripada Nur Allah Jua,atau yg lazim disebut NUR ZAT atau NUR ILAHI ROBBI. Maka kalau demikan adanya,wajarlah kita ini dengan Zat Allah Ta'ala,sebab Zat itulah bermula segala ujud. Tidak ada yang ujud, hanyalah Allah dan perbuatan Allah.
namaiNya pula Diri Nya NUR MUHAMMAD dan ZAT NUR ALLAH pun ghaibArtinya Nur Zat. Namai nya pula diri nya nur muhammad dan zat nur. School Widyatama University; Course Title A EN MISC; Uploaded By MagistrateMusic183. Pages 41 This preview shows page 18 - 21 out of 41 pages.
AsySyaafii, Zat Yang Maha Menyembuhkan. Di antara nama-nama Allah adalah Asy Syaafii (الشَّافِي ). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau mengatakan : "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan
Jadijasad kita ini kejadiannya dari Nur Muhammad. Dan setiap jasad tentu ada ruh. Dan ruh itu kejadiannya dari Zat. Innallaaha ruuuhu Nabi Shalallaahu `alaihi wasalam fii zaatihi. Aku jadikan ruh Nabi Muhammad Saw. dari Zat Allah. Jelaslah sekarang kejadian jasmani kita ini dari Nur Muhammad. Kejadian Ruh dari Zat Allah. Jadi diri kita ini Zat
InsanKamil 10 Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Volume 14 Nomor 01 2020 KRITIK EPISTEMOLOGIS TAFSIR ISHARI IBN 'ARABI Menurut Ibn „Arabi, sebab terjadinya tajalli Allah pada alam ialah Ia ingin dikenal dan ingin melihat citra diri-Nya melalui alam semesta dengan memanifestasikan asma-asma dan sifat-sifat-Nya.
Berilahtanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit
Qj1l.
Allah adalah suatu zat yang Mutlak yang mendahului segala sesuatu, “ketika bumi dan langit belum ada, arasy dan kursyi belum ada, surga dan neraka belum ada, alam sekalian belum ada, apa yang pertama? Yang pertama ialah Zat, yang ada pada dirinya, tiada sifat dan tiada nama. Itulah yang pertama. Selanjutnya dikatakan bahwa Zat Allah itu tak bisa diibaratkan, tak bisa diuraikan dengan ibarat, sebab tak ada ibarat yang bisa dipakai untuk mengurai keadaan Allah. Pada-Nya tiada atas atau bawah, tak ada dahulu atau kemudian, tak ada kanan atau kiri dan seterusnya. Allah adalah Zat yang Mutlak yang diibaratkan sebagai laut yang tiada berkesudahan. laut itu juga disebut sebagai Laut Batiniyyah, laut yang dalam dan laut yang mulia. Hakekat sebenarnya dari Zat Allah itu tanpa pembeda-bedaan la ta’ayyun. mengambarkan cara Zat Mutlak itu menjelma tanazzul seperti laut Penjelmaan atau pengaliran ke luar itu terjadi dalam beberapa pangkat atau martabat yaitu 1 pangkat laut yang bergerak di dalamnya segala sesuatu tersimpan, 2 pangkat ombak,di dalamnya terjadi peninjauan Zat atas diri-Nya sendiri 3 pangkat asap dan awan, di dalamnya realitas yang terpendam berada sebagai satu kesatuan yang kemudian membagi-bagi diri untuk kemudian mengalir ke luar ke dalam dunia gejala /fenomena ini, 4 pangkat hujan, di dalamnya realitas yang terpendam itu keluar atas perintah ilahi “ fa yakun”, serta 5 pangkat sungai,yaitu gambaran dunia yang kongkrit ini. mengatakan dalam Zinatul –Muwahidin “Adapun ta’ayyun awwal itu ditamsilkan oleh ahli suluk seperti laut. Apabila laut timbul maka ombak namanya, yakni apabila alim memandang dirinya, maklum jadi pada dirinya; Apabila laut itu melepas jadi nyawa, asap namanya, yakni nyawa ruh idlafi kepada namanya, yakni ruh idhafi dengan a’yan tsabitah keluar dengan qaul kun fa yakun berbagai-bagai. Apabila hujan itu jatuh ke bumi, sungai namanya, yakni setelah ruh idhafi dengan isti’dad asli dengan a’yan tsabitah hilir di bawah kun fa yakun sungai namanya. Apabila sungai itu pulang ke laut,laut hukumnya. Tetapi laut itu maha suci tiada berlebih dan tiada berkurang . Jika keluar sekalian itu tiada ia kurang, jika masuk pun sekalian itu tiada ia kurang lebih, karena ia suci dari pada segala suci Tahap-tahap pengaliran/ martabat itu diistilahkan dengan ahadiyah, wahdah, wahidiyah. Pangkat ahadiyah disebut juga pangkat la-ta’ayyun tanpa pembeda-beda. Wahdah digambarkan sebagai gerak ombak. Pangkat ini disebutnya sebagai ta’ayyun awwal pembedaan pertama. Pada pangkat ini terjadi empat pembedaan yaitu pengetahuan ilm, eksistensi wujud, pengamatan syuhud, dan cahaya nur. Pada pembedaan pertama ini Zat Allah menjadi sadar akan diri-Nya sendiri serta memiliki pengetahuan tentang segala daya yang terpendam pada diri-Nya sebagai kesatuan. Di sini berarti bahwa Zat Allah tahu bahwa diri-Nya sendiri yang ada, tiada yang lain kecuali Dia. Ia tahu bahwa Ia memiliki daya untuk menjelmakan Diri-Nya. Tingkatan wahdah ini disebut juga ”cahaya Muhammad” Nur Muhammad atau “realitas Muhammad”. “Taayyun awaal wujud yang jama’i, pertama di sana nyata. Ruh idlafi, semesta alam sana lagi ijmali, itulah bernama hakikat Muhammad nabi. Di tempat lain dikatakan “Wahdah itulah yang bernama “kamal zati”. Menyatakan sana ruh Muhammad an- nabi, tatkala itu bernama “ruh idlafi” “. . .’ilm yang melihat maklumat itu, hakikat Muhammad saw. Antara alim dan ma’lum itulah asal cahaya Muhammad pertama-tama bercerai dari pada Zat. Adapun pada suatu ibarat,itulah bernama “ruh idhafi”, yakni nyawa bercampur ;dan pada saat ibarat “aqlul-kulli” namanya[yakni] perhimpunan segala budi. Dan pada suatu ibarat “nur” namanya, yakni cahaya; pada suatu ibarat ”kalamul-a’la” namanya, yakni kalam yang maha tinggi; dan pada suatu ibarat “lauch” namanya, yakni papan tempat menyurat; karena itulah maka sabda Rasullulah ”awwalu maa khalaqa- Allaahu ta’aala ar-Ruah, awwalu maa khalaqa- Allaahu ta’aala an-Nuur, awwalu maa khalaqa Allaahu ta’aala al-aql; awwalu maa khalaqa Allaahu ta’aala al-qalam” Di sini dijelaskan bagaimana kedudukan Nur Muhammad. Nur Muhammad adalah pengetahuanilm yang melihat kepada ma’lum atau ide. Tempatnya berasal di antara yang mengenal dan yang dikenal antara Zat yang Mutlak dan dunia. Oleh karena itu pada bagian lain disebutkan bahwa Nur Muhammad bersinar dari Zat Allah dan bahwa seluruh alam semesta dijadikan dari pada cahaya Muhammad. Sebaliknya Nur Muhammad dijadikan dari pada Zat Allah dan bahwa seandainya tiada cahaya Muhammad, maka alam semesta ini tidak akan ada Pada pangkat wahdah ini peranannya dalam penjelmaan akali sangat penting. Sebagaimana diketahui bahwa penjelmaan ada dua yaitu penjelmaan yang terjadi dalam diri Zat yang Mutlak yang sifatnya akali dan penjelmaan yang terjadi di luar Zat yang Mutlak, sifatnya bisa dilihat. Hubungan keduanya itu sama dengan hubungan antara perwujudan dan gambar yang dipantulkan, atau sebagai lahir dan batin, sedemikian rupa sehingga Zat yang Mutlak itu tampak di dalam dunia gejala. Wahdah adalah cermin yang memantulkan gambar dari yang Mutlak atau bayang Yang Mutlak. Wachda adalah pangkat penilikan diri dari Zat yang Mutlak, yang dengannya Yang Mutlak mengenal diri-Nya dan kemudian seolah-olah Yang Mutlak bangkit dari lamunan-Nya. Wahdah adalah logos. Ia disebut juga “nur Muhammad” Hadiwijono,tt47. Pangkat selanjutnya adalah wahidiyah yang disebut juga pembeda-bedaan kedua ta’ayyun tsani. Pada pangkat ini realitas Muhammad pada ta’ayyun awwal menimbulkan manusia atau chaqiqat insan. Ketiga pangkat penjelmaan, ahadiyah, wahdah, wahidiyah, semuanya terjadi dalam satu eksistensi Ilahi. Maka ketiganya disebut sebagai “Maratib-ilahi”. Penjelmaan selanjutnya dikatakan “Apabila awan itu titik udara,hujan namanya; yakni ruh idhafi dengan a’yan tsabitah keluar dari qaul kun fa yakun, berbagai-bagai. Di bagian lain menyebutkan adanya pembeda-bedaan ketiga ta’ayyun tsalis yang dinamai pula a’yan kharija realitas yang keluar. Pengertian a’yan kharija menunjukkan bahwa penjelmaan ini dan penjelmaan berikutnya terjadi di luar Zat yang Mutlak, yaitu di dalam dunia. Pada pangkat ini realitas yang terpendam yang di dalam pangkat wahidiyya berkumpul sebagai awan, sekarang mengalir ke luar sebagai roh. Oleh karena itu pangkat ini disebut juga alam arwah. Selanjutnya dari pangkat alam arwah ini menjelma keluar menjadi hujan, air dan sungai yang terkenal dengan pangkat-pangkat alam mitsal, alam ajsam, alam insan. Pangkat alam mitsal, adalah pangkat penjelmaan di mana pembagian rohaniah adalah suatu kenyataan. Alam ini adalah alam cita/ ide. Alam ini merupakan perbatasan antara alam arwah dan alam segala tubuh. Alam ini bercirikan warna seperti alam impian. Alam Ajsam atau alam segala tubuh adalah dunia yang terdiri dari anasir yang halus yang tak bisa diamati oleh indera, serta tak binasa. Pangkat penjelmaan terakhir adalah alam insan, yaitu dunia yang nampak ini. Alam ini disebut juga alam manusia sempurna alam insan al-kamil. Ketujuh pangkat penjelmaan yang selanjutnya sering disebut teori martabat tujuh itu sebenarnya bisa dirangkumkan menjadi tiga pangkat, yaitu dari Zat yang Mutlak Ahadiyah, pangkat penengah di mana realitas yang terpendam a’yan tsabita timbul, baik sebagai kesatuan maupun sudah terinci wahdah dan wahidiyya, dan pangkat dunia gejala, yaitu realitas keluar a’yan kharija. Demikianlah penjelasan tentang tanazzul mengalir ke luar-nya Zat yang Mutlak. Dia menempatkan Nur Muhammad sebagai penghubung/ perantara antara Zat yang Mutlak Tuhan dengan dunia. Dari Nur Muhammadlah Zat yang Mutlak bersinar. Dari Nur Muhammad pula asal segala kejadian alam ini. Pangkat penjelmaan terakhir adalah alam insan, yaitu dunia yang nampak ini. Alam ini disebut juga alam manusia sempurna alam insan al-kamil.
"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda [kekuasaan Allah] bagi orang-orang yang yakin, dan [juga] pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?" [ Adz-Dzariat20-21] "Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barangsiapa melihat [kebenaran itu], maka [manfaatnya] bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta [tidak melihat kebenaran itu], maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku [Muhammad] sekali-kali bukanlah pemelihara[mu]". [ Al-An'am104] Salam alaikum, Sobat Sarang, kita lanjutkan bicara soal zat, ya. Ayat pertama di atas adanya menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah itu pada sekalian alam, termasuk pada diri kita. Sedangkan ayat kedua menjelaskan sudah terang atau sudah jelas sejelas-jelasnya kekuasaan Allah Swt. itu. Bagi kawan yang belum membaca penjelasan mengenai zat dan sifat, kami sarankan untuk membaca dulu postingan sebelumnya yang berjudul Pahami Zat dan Sifat dalam Teorema Tauhid. Jadi, yang terang-terang kita pandang itulah Mahasuci [Zat-Mutlak], bukan zat dan sifat. Yang Mahakuasa itu adanya di Mahasuci karena DIA terlebih Mahasuci. Mustahil di Mahasuci yang ada Mahakotor. Tentulah Yang Terlebih Mahasuci yang ada di Mahasuci itu. tempat kembali Kotor dan suci tidak bisa satu. Kalau suci sama suci bisa dikatakan satu. Maka setiap yang bersih dan yang kotor itu kalau dipaksakan bercampur pasti rusak[1]. Sederhananya, bersih-kotor ditak bisa bersatu. Musti bersih dengan bersih lagi. Jadi, di Mahasuci itulah Yang Terlebih Mahasuci. Tidak ada yang lain lagi. Yang Terlebih MahasuciMahakuasa dengan Mahasuci tidak becerai. Mahasuci itu Zat-Mutlak, bukan zat-sifat. Yang Terlebih Mahasuci itu isi Zat-Mutlak. Zat-Mutlak [Mahasuci] itu tubuhnya zat-sifat. Mahasuci itu bersih. Tidak berwarna, kosong sekosong-kosongnya. Itulah Rahasia. Mahasuci itu putih seputih-putihnya, artinya bersih sebersih-bersihnya. Yang dikatakan putih seputih-putihnya di sini bukan warna atau tidak berwarna. Mahasuci ini yang dikatakan Awwalu makhalaqallaha min Nuurihi Nabiyika,'yang pertama diciptakan Tuhan ialah Cahaya Nabimu'. Cahaya Nabi inilah yang disebut Nur Ilahi atau Cahaya Diri Tuhan. Kalau orang tahu Zat-Mutlak, tubuhnya tidak dimakan racun. Selain dari Zat-Mutlak, semua itu zat ke-racun-an. Zat-Mutlak itu sampai tidak ada rasa dunia. Zat-Mutlak inilah yang paling tua sampai tidak mempunyai rasa lagi. Umpama tebu, kita peras-peras sampai tidak ada rasa manis lagi. Itulah Zat-Mutlak. Mahakuasalah itu. Orang sakit kalau banyak dijenguki oleh orang-orang berdosa, semakin parah sakitnya. Kalau yang datang menjenguknya semakin cepat sembuhnya. Orang jahat itu membawa Malaikatul Maut, sedangkan orang yang baik itu membawa Malaikatul Rahman. Zat-Mutlak atau disebut juga Tubuh Mahasuci ini membersihkan pikiran jahat yang ada pada orang yang sakit itu. Kalau ada kesegaran di pikirannya, inilah artinya diberi rahmat. Kalau dicium busuk, neraka. Zat-Mutlak atau Mahasuci ini musuh penyakit. Kalau datang pada orang yang sedang sakit, Mahasuci akan melapangkan pikiran. Bagi orang sakit, sama dengan pergi melihat taman surga. Surga itu di bawah telapak kaki ibu. Zat-Mutlak yang menghidupkan kita. Itulah dikatakan Tuhan itu Hidup Semata-mata. Zat-Mutlak itulah Nikmatullah. Zat-Mutlak itu dilindungi oleh zat asam. Zat asam itulah dikatakan zat-sifat. Zat asam [zat-sifat] ini tabir bagi Zat-Mutlak. Jika tabir ini terbuka, binasa sekalian alam karena Zat-Mutlak itu Cahaya Rabbani. Tidak ada satu pun yang bisa menahan kekuatan Cahaya Ilahi [sebab kekuatannya lebih dahsyat daripada api neraka sekali pun]. Sebagaimana lapisan ozon melindungi Bumi dari radiasi Matahari; lapisan zat asamlah melindungi alam semesta ini dari kekuatan Cahaya Ilahi. Cahaya Zat-Mutlak ini meliputi sekalian alam atau melindungi sekalian alam. Itu sebabnya Bumi tidak akan bisa terbakar oleh cahaya Matahari. Selagi masih ada Cahaya Ilahi melindungi sekalian alam. Jangan harap cahaya Matahari bisa menghanguskan Bumi dan seisinya[2]. Bukti nyata sudah berapa juta tahun Bumi terpapar cahaya Matahari tidak juga Bumi ini jadi abu. Sudah terpikirkah Cahaya Ilahi ini oleh para ilmuwan? Yang Anda baca ini uraian yang dibuat agar Anda tahu jalan pemikiran orang tauhid. Manusia tahu cara memanipulasi energi, tetapi tidak bisa membersihkan sampah energi. Lihat kasus Hiroshima-Nagasaki dan Chernobyl. Itulah sebabnya dikatakan di Bumi ini sudah ada tanda-tanda kekuasaan Allah, yaitu Zat-Nya [Zat-MutlakMahasuci]. Yang dikatakan Zat-Mutlak itulah Tubuh Mahasuci, disebut juga Zahiru Rabbi. Kita ini, bathinu abdi. Sampai akhirat pun Zahiru Rabbi yang ada. Zahiru Rabbi inilah tempat husnul khatimah. Inilah pengajian sirri sirrihi; pengajian hakikat ke atas. Di atas hakikat, ya'lu nakum, wa laa yu'la tidak ada apa-apa lagi. Siapa mengatakan masih ada alam-alam lagi di atas hakikat ini, kafir. Zahiru Rabbi itu Zat-Mutlak. Inilah kekuasaan Tuhan. Zahiru Rabbi itu disebut juga Tubuh Mahasuci. Tubuh Mahasuci itu disebut Ruh Qudus. Di mana maqam Ruh Qudus itu pada diri kita? Ada di sama-tengah hati. Inilah tubuh Muhammad Rasulullah Saw. Jadi semua itu berhimpun di tubuh Ruh Qudus. Coba lihat tubuh Zahiru Rabbi, Dia bersifat diam. Begitu juga maqamnya di diri kita; yang di pusat itu, bersifat diam juga. Dalam tafakur, rasakan diamnya yang di sama-tengah hati itu, bukan diamnya jasad kita ini yang kita Rabbi diam. Di sama-tengah hati diam. Kalau sama diam "di luar" dengan diam yang "di dalam" esa-lah. Diri yang diam inilah tajallinya Tuhan. Bukan Tuhan yang tajalli, akan tetapi Rahasia Diri Tuhan ini yang tajalli satu dengan jasad. Menurut pandangan syariat orang yang tajalli Rahasia Diri Tuhan satu dengan jasadnya itu mati. Akan tetapi menurut pandangan rabbani, tidak mati. Mengapa tidak mati? Karena Ruh [Qudus] dan jasad tidak becerai. Inilah Pusaka Madinah yang musti diketahui dan musti didapat. Barulah kamu berguna bagi ibu-bapak dan sanak-keluargamu di akhirat kelak. Pusaka Madinah inilah "Illa kalil". Wahai ulama, mengapa yang "ila kalil" ini tidak mau dipelajari dan tidak mau disampaikan pada umat? Sudah tahu, tidak mau memberi tahu umat, berdosa pada Allah Swt. Karena kita dikaruniai pengetahuan itu bukan untuk disebut hebat dan bukan agar disanjung-sanjung orang. Orang tasawuf banyak bicara soal tahali, takhalli, tajalli, tapi cara-cara praktiknya secara hakiki mereka tidak pernah mau memberi tahu umat. Kebanyakan, umat disuruh beramal saja berzikir, berzikir, berzikir, tetapi praktik cara meraih tajallinya mana ada mereka ceritakan. Kasihanlah umat hanya tahu teori mengendarai mobil saja, tetapi praktik cara mengendarai mobil tidak bisa. Inilah isi pengajian kami pada malam Jumat kemarin, yaitu membahas masalah Pusaka Madinah yang dibawa oleh Sayyid Muhammad, Sultan Istanbul yang didapatnya dari Imam Sanusi di Madinah. Wali Sanusi mendapatkan Pusaka Madinah ini langsung dari Nabi Muhammad Rasulullah Saw.[3] Wasiat untuk anak-cucu Wali Bilawa di Makassar, Sulawesi Selatan Ilmu Pusaka Madinah ini ada juga dimiliki oleh Wali Bilawa dari Makassar, Sulawesi Selatan, yang makamnya ada di Mekah al-Mukaramah tepatnya di Sasaga Saghir. Motto Wali Bilawa untuk anak-cucunyaPole ride'e lisu ride'e[Asal dari kosong, kembali ke kosong][Asal dari Mahasuci, kembali ke Mahasuci][Asal dari tidak ada sesuatu, kembali ke tidak ada sesuatu]Jadi, kita musti bisa sampai ke tempat yang tidak ada sesuatu tena sikore, sikore tena sileo' Eme-emelah elokmu[Bercampur tapi tidak satu, satu tapi tidak bercampur][Kalau sudah paham ini telan-telanlah liurmu]Inilah zikir yang tidak berhuruf; tidak bersuara. Inilah zikir Diri Allah [Zat] memuji Tuhannya pembukaan tauhid Bilawa saja, di situ dikatakanWatuna tetong alena degaga sewa-sewa alena nawingdru atau windru alena[Tatkala belum ada sesuatu apa pun. Diri-Nya dijadikan-Nya. Dari Diri-Nya inilah dijadikan-Nya segala sesuatu]Jelaslah sudah bahwa Tuhan sudah menyerahkan Diri-Nya pada kita. Diri mana lagi yang mau kita serahkan pada Tuhan? Kalau bukan Diri Tuhan juga. Kalau Diri Tuhan, bisa sampai ke Tuhan. Kalau bukan Diri Tuhan, tidak akan bisa sampai ke semeko-mekona' yaitu seng Puang Ta'ala[Diam sediam-diamnya, itulah Tuhan semata-mata]Itulah sebabnya dalam salat itu masammang renrenna meko'na [= besertaan gerak dengan diamnya. Inilah Allah Ta'ala salat. Wajib 3 alif [harakat] panjangnya. Macam mana serta gerak dengan diamnya? Itulah Allah Ta'ala salat. Kalau tidak besertaan [gerak dengan diamnya], kamu yang salat. Kalau kamu [baharu] yang salat, kamu menyembah Qadim. Padahal yang wajib itu Yang Qadim menyembah abdal Asma, faqad kafar, 'siapa menyembah Nama, kafir'.Man abdal ma'na, munafiqun, 'siapa menyembah makna, munafik'.Supaya jangan kafir dan munafik, tinggalkanlah Nama dan makna. Inilah sebenar-benar saja penguraian riwayat dari Guruku untuk Saudara-saudaraku di Makassar Carilah ajaran-ajaran Wali Bilawa. Jangan kalian hanya tahu ceritanya saja, cari dan raih ilmunya juga. tujuan [1] "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil..." [ al-baqarah42] [kembali] tujuan [2] Artinya inilah berita langit yang tidak bisa dicuri oleh para setan [yang didewakan bangsa Maya] sejak kelahiran Nabi Muhammad Saw. Ramalan bangsa Maya ini juga ternyata "diam-diam" telah menipu para ilmuwan yang menduga akan terjadi semburan lidah matahari ketika terjadi solar maximum di akhir kalender bangsa Maya. [ini lintasan pikiran ane aja waktu catat diktean ini dari Guru] [kembali] tujuan [3] Kalau kalian jujur, terimalah kenyataan bahwa sanad ilmu pengajian kami lebih tepercaya sebab sanad ilmu kami termasuk ke dalam kategori sanad aly yang sedikit orang terlibat dalam mata-rantai syiarnya. Guru kami adalah generasi ke-4 pewaris Pusaka Madinah ini sejak dari sumber pertama Nabi Muhammad Rasulullah Saw., kalau mau tau. [Nah, akhirnya sekarang kalian sudah tahu sanad ilmu pengajianku. Puas?!][kembali] Adam Troy Effendy By Published 2013-01-12T001900+0700 Tentang Zat Allah [dan Wasiat Wali Bilawa untuk Anak-Cucunya di Sulawesi] 5 411 reviews
Al-Hallaj's expression which says "Ana al-Haq" I am the Truth is interpreted by scholars as something that is very far from the lines of monotheism. The negative view of the fiqh scholars towards the misguided thought of Al-Hallaj is not appropriate, because of their lack of understanding of the nature of Sufism, especially the problem of dzuq and wijdan. The concepts of Hulul, Nur Muhammad and Wihdatul Adyan are the philosophical concepts of al-Hallaj which are the result of his contemplation of science and the circumstances of the surrounding community which are considered too holding onto things beyond the essence of human obligations as servants of God. Most fiqhi groups disbelieve in it, arguing that it is said that humans are united with God. However, there are also many scholars who accept it and defend the thoughts of Al-Hallaj. Imam Al-Hallaj's words are the basis of Dzuq and are in a state of being sick or drunk with God's love. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam Volume 2, Number 2, Oktober 2021 e-ISSN 2723-0422 This work is licensed under a Creative Commons Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Budi Handoyo STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh handoyobudi67 AbstractAl-Hallaj's expression which says "Ana al-Haq" I am the Truth is interpreted by scholars as something that is very far from the lines of monotheism. The negative view of the fiqh scholars towards the misguided thought of Al-Hallaj is not appropriate, because of their lack of understanding of the nature of Sufism, especially the problem of dzuq and wijdan. The concepts of Hulul, Nur Muhammad and Wihdatul Adyan are the philosophical concepts of al-Hallaj which are the result of his contemplation of science and the circumstances of the surrounding community which are considered too holding onto things beyond the essence of human obligations as servants of God. Most fiqhi groups disbelieve in it, arguing that it is said that humans are united with God. However, there are also many scholars who accept it and defend the thoughts of Al-Hallaj. Imam Al-Hallaj's words are the basis of Dzuq and are in a state of being sick or drunk with God's love Keywords Controversial, Tasawuf , The Principles, Of The Teachings, Of Sheikh Mansur Al-Hallaj. Abstrak Ungkapan al-Hallaj yang mengatakan ‚Ana al-Haq‛ Akulah Yang Maha Benar ditafsirkan para ulama sebagai sesuatu yang sangat jauh keluar dari garis-garis ketauhidan. Pandangan negatif ulama-ulama fikih terhadap pemikiran Al-Hallaj yang sesat itu tidak tepat, karena ketidak fahaman mereka terhadap hakikat tasawuf terutama masalah dzuq dan wijdan Sehingga polemik pemikiran ini berakhir ditiang gantungan sebagai eksekusi terhadap al-Hallaj. Konsep hulul, nur Muhammad dan wihdatul adyan adalah merupakan konsep-konsep falsafi al-Hallaj yang merupakan hasil dari kontemplasinya Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 tentang keilmuan dan keadaan masyarakat di sekitarnya yang dinilai terlalu memegangi hal-hal di luar esensi kewajiban manusia sebagai hamba Tuhan. Kebanyakan kelompok fiqhi mengkafirkannya, dengan alasan bahwa mengatakan bahwa dari manusia bersatu dengan Tuhan. Akan tetapi banyak pula ulama yang menerimanya dan membela pemikiran Al-Hallaj. Perkataan Imam Al-Hallaj adalah dasar Dzuq dan dalam keadaan sakar atau mabuk cinta ketuhanan..Kata Kunci Tasawuf , Kontroversial, Prinsip-Prinsip, Ajaran , dan Syaikh Mansur Al-Hallaj. Pendahuluan Pembahasan yang berhubungan dengan tasawuf sampai detik ini masih menjadi isu yang sangat menarik untuk didiskusikan, karena tasawuf merupakan pendidikan moral dan mental dalam rangka pembersihan jiwa dari pengaruh-pengaruh yang berhubungan dengan hal duniawi. Banyak yang menjelaskan bahwa banyak tokoh-tokoh Sufi yang wafatnya dibunuh karena ajaran-ajarannya dianggap kontradiktif. Oleh karena itu, hal ini menjadikan pembahasan tasawuf menarik untuk selalu didiskusikan. Pada abad ke-3 pertumbuhan tasawuf tidak dapat dilepaskan dari seorang sufi yang sangat luar biasa. Seperti tokoh Sufi yang satu ini, beliau sudah tidak asing lagi, Beliau juga disebut sebagai pelopor ajaran Al-Hulul, dan dapat dikatakan juga bahwasanya Al-Hallaj pada zamannya nya menjadi Puncak perkembangan kaum Sufi pada zaman itu. Akan tetapi, Al-Hallaj dipandang telah merusak pokok-pokok kepercayaan Islam oleh ulama-ulama, karena dianggap telah membuat kontroversi dunia fiqih dengan ajarannya. Sejak saat itu, beliau terkenal dengan kesyahidannya karena ajaran sesatnya. Pandangan negatif ulama-ulama fikih terhadap pemikiran Al-Hallaj yang sesat itu tidak tepat, karena ketidak fahaman mereka terhadap hakikat tasawuf terutama masalah dzuq dan wijdan Al-Hallaj tasawuf membcirakan soal dzuq [rasa] dan pengamalan bathin seseorang yang tak dapat diterima oleh akal logika. Atau di karenakan kodisi politik pemerintahan Daulah Islamiyah, pada masa itu yang tidak stabil karena fitnah kelompok-kelompok muktazilah, dan Jabariyah. Ungkapan al-Hallaj yang mengatakan ‚Ana al-Haq‛ Akulah Yang Maha Benar ditafsirkan para ulama sebagai sesuatu yang sangat jauh keluar dari garis-garis ketauhidan. Sehingga polemik pemikiran ini berakhir ditiang Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 gantungan sebagai eksekusi terhadap al-Hallaj. Di kalangan cendekiawan dan pemikir Islam timbul ikhtilaf tentang substansi dari perkataan al-Hallaj. Sebagian berasumsi bahwa ungkapan al-Hallaj tersebut adalah ajaran yang keluar dari ajaran Islam bid’ah. Sebab, mustahil manusia dapat bersatu dengan Allah hulul. Al-Haq Yang Maha Benar adalah salah satu nama Allah. Ketika al-Hallaj berkata,‚Ana al-Haq,‛ berarti dia telah menyatakan dirinya sebagai Tuhan. Inilah yang kemudian dianggap oleh penguasa Abbasiyah ketika itu sebagai justifikasi untuk menjatuhkan hukuman gantung kepada al-Hallaj yang dianggap telah murtad. Maka dalam tulisan ini akam dibahas beberapa pendapat-pendapat ulama yang membela dan menjelaskan hakikat dari perkataan Al-Hallaj. Pembahasan Riwayat Hidup Al-Hallaj Nama lengkap tokoh sufi legendaris ini adalah Abu al-Mughits al-Husain Bin Mansur bin Muhammad al-Baidhawi, tetapi kemudian lebih dikenal sebagai Al-Hallaj. Ia lahir pada tahun 244 H/ 858 M di Thur, salah satu desa sebelah Timur Laut Baidha’ di Persia, di mana Sibawaih pernah di lahirkan. Kakeknya, Muhammad, adalah seorang Majusi sebelum masuk Islam. Namun riwayat ini kurang begitu kuat. Adapun yang banyak di pegangi oleh ahli sejarah Sufi adalah yang menyatakan bahwa ia keturunan Abu Ayyub, sahabat Rasulullah. Dia mulai dewasa di kota Wasit, dekat Bagdad. Dan ketika berusia 16 tahun yaitu tahun 260 H/ 873 M, dia pergi belajar pada seorang sufi besar dan terkenal, yaitu Sahl ibn Abdullah al-Tusturi di negeri Ahwaz selama dua tahun. Setelah belajar dengan Tusturi, dia berangkat ke Basrah dan belajar kepada sufi Amr al-Makki, dan di tahun 264 H/878 M dia masuk ke kota Bagdad dan belajar kepada Al-Junaid. Untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya dalam ilmu Tasawuf. Dia pun mengembara dari satu negeri ke negeri yang lain. Dikatakan, bahwa di pernah berkunjung ke Mekah tiga kali. Ketika tiba di Mekah untuk pertama kalinya tahun 879 M, dia mencoba mencari jalan sendiri untuk bersatu dengan Tuhan. Namun setelah dia menemukan jalannya sendiri dan disampaikannya kepada orang lain, justru dianggap gila, malah di ancam oleh penguasa Mekah untuk di bunuh. Oleh Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 karena itu dia meninggalkan kota tersebut setelah bermukin di sana sekitar setahun dan kembali ke Bagdad. Al-Hallaj pulang ke Bagdad untuk menemui gurunya Al-Junaid yang kedua kali. Pertemuan ini tidaklah membawa kegembiraan di karenakan ada perbedaan mengenai ittihad dan hulul antara manusia dan Tuhan. Akibatnya hubungan antara guru dengan muridnya agak renggang, tetapi Al-Hallaj pada saat itu sudah menjadi tokoh sufi yang luar biasa yang di segani dan banyak pengikutnya. Al-Hallaj selalu hidup berpindah-pindah dalam pengembaraannya yang sangat panjang. Dalam perjalanannya ini ia pernah tinggal di daerah Turstur, Khurasan, Sijistan, Karman, belakang sungai Persia, Ahwas, Bashrah dan Baghdad. Pandangan-pandangan tasawuf yang agak ganjil sebagaimana akan di kemukakan di bawah ini menyebabkan seorang fikih bernama ibnu Daud al-Isfahani mengeluarkan fatwa untuk membantah dan memberantas fahamnya. Al-Isfahani dikenal sebagai ulama fikih penganut mazhab Zahiri, suatu mazhab yang mementingkan zahir nas belaka. Fatwa yang menyesatkan yang dikeluarkan oleh Ibnu Daud itu sangat besar pengaruhnya terhadap diri Al-Hallaj, sehingga Al-Hallaj di tangkap dan di penjara. Tetapi setelah satu tahun dalam penjara dia dapat meloloskan diri berkat bantuan seorang sipir penjara. Ia melarikan diri ke Sus, kawasa Ahwas, dan bersembunyi selama empat tahun. Pada tahun 301 H/ 903 M ia kembali ditangkap dan di penjara selama 8 tahun, namun tetap tidak menggoyahkan pendiriannya. Oleh karenanya, pada tahun 309 H/903 M diadakan persidangan ulama di bawah kerajaan Bani Abbas masa pemerintahan al-Muktadirbillah. Tanggal 18 Dzulkaidah 309 H, jatuhlah hukuman kepadanya. Dia dihukum bunuh dengan terlebih dahulu dicambuk, lalu disalib, kemudian dipotong kedua tangan dan kakinya, dipenggal lehernya, kemudian potongan-potongan tubuh itu dibiarkan beberapa hari, baru kemudian di bakar, serta abunya dihanyutkan di sungai Dajlah. Pada riwayat lain disebutkan bahwa saat digantung ia dipecut 1000 kali tanpa mengeluh, lalu tangan dan kakinya dipotong juga tanpa mengeluh, serta kepalanya dipancung. Namun, sebelumnya sempat salat sunnah dua rakaat dengan sajadah al-Syibli. Badannya kemudian digulung tikar bambu, direndamkan ke Naftah dan di bakar. Abunya dihanyutkan ke sungai, sedangkan kepalanya dibawa ke Khurasan untuk selanjutnya dipersaksikan oleh umat Islam disana. Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Muhammad Ghallab menyatakan bahwa Al-Hallaj dinaikkan oleh para algojo ke atas menara yang tinggi, di kerumuni oleh orang banyak, termasuk para murid dan pengikut setianya. Saat itu, di mana orang banyak di perintahkan untuk melempari dengan batu, dia selalu mengulang-ulang kalimat yang membawaya ke hukuman mati, yakni ‚Ana al-Haqq‛. Ketika disuruh untuk membaca syahadat, dia berteriak, ‚Sesungguhnya wujud Allah itu telah jelas, tidak membutuhkan penguat semacam syahadat‛. Menurut Ghallab, kalimat ini merupakan pengulangan terhadap kalimat yang pernah diucapkan oleh Al-Syibli. Dia menerima semua hukuman yang kejam itu dengan senyuman, termasuk ketika para algojo memotong lidah dan menukil kedua matanya. Pada saat itu, justru dia berisyarat memintakan ampun bagi para algojo serta para pembantunya dengan pernyataan doanya yang terkenal, ‚Mereka semua adalah hamba-Mu, mereka berkumpul untuk membunuhku, karena ke fanatik terhadap agama-Mu dan untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Maka, ampunilah mereka. Andaikata Kau singkapkan kepada mereka apa yang Kau singkapkan kepadaku, niscaya mereka tidak melakukan apa yang mereka lakukan‛. Pada waktu hendak di pancung di tempat penyulaannya, kelihatan benar imannya yang kokoh terhadap Tuhan, kelihatan benar keyakinannya yang membantu terhadap ajaranya. Tatkala pedang diletakkan dimukannya dan darah mengalir, seorang murid ditengah-tengah orang banyak berteriak mengatakan mukanya berdarah tetapi ia menjawab, itu bukan darah tapi ai wudlu’. Tangan dan kakinya di potong, ia tenang dan sabar, tidak mengeluh dan mengadu kesakitan dan tidak mengatakan sepatah katapun. Sampai keempat-empat anggota badannya diceraikan, tak ada kata kesakitan pun keluar dari mulutnya. Kemudian barulah kepada di tundukkan untuk dipersembahkan kepada Tuhan, yang pada akhirnya dipisahkan dari badannya oleh algojo kerajaan yang menjalankan hukuman mati atas dirinya. Badannya dibakar dan abunya dilemparkan kedalam sungai Dijlah. Hilang Al-Hallaj dari Bagdad dan lenyap jasadnya dari muka bumi ! Tetapi apakah Al-Hallaj karena itu sudah mati ? Tidak ! Ia hidup, ia mulai hidup, karena baginya permulaan hidup. Masalah Al-Hallaj di hukum mati memang di sepakati bersama, namun mengenai sebab-sebabnya hukuman masih sekarang menjadi kontroversial. Kebanyakan orang mengemukakan bahwa sebab-sebab hukumannya Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 dilaksanakan di karenakan ada perbedaan pemahaman dengan ulama fikih yang di lindungi oleh pemerintah, maka dengan argumen ini masih bisa di pertanyakan. Orang yang menanyakan hukuman yang di berikan oleh Al-Hallaj jika di karenakan perbedaan pemahaman yang di anut oleh ulama fikih, mengapa tidak terjadi dengan tokoh sufi yang pemahamannya hampir sama dengan Al-Hallaj seperti Zun al-Nun al-Misri, Ibnu Arabi dan yang lainnya. Versi lain yang diberikan oleh Harun Nasution nampaknya pertu dipertimbangkan. Menurutnya Al-Hallaj dituduh punya hubungan dengan gerakan Qaramitah, yaitu sekte Syiah yang dibentuk oleh Hamdan ibn Qarmat di akhir abad IX M. Sekte ini mempunyai paham komunis harta benda dan perempuan terdiri dari kaum petani milik bersama mengadakan teror, yang menyerang Mekkah di tahun 930 M. Merampas Hajar Aswad yang di kembalikan oleh kaum Fatimi di tahun 951 M dan menentang pemerintahan Bani Abbas, mulai abad X sampai XI M. Jika dituduh ini memang benar adanya, Al-Hallaj secara politis dan ideologis memang salah dan patut dihukum, tapi jika hal itu hanya tuduhan belaka, maka masalahnya jadi lain. Siapakah yang benar di antara mereka, apakah Al-Hallaj yang di hukum, pengadilan akhiratlah yang kelak mengadili mereka secara bijaksana dan objektif. Abdul Halim Mahmud dalam kitabnya al-Tasawuf fi al-Islam memukakan bahwa Al-Hallaj adalah orang yang sangat mencintai ahl al-bayt Nabi, sehingga hal ini agak mengguncangkan penguasa Bani Abas. Apalagi bahwa Al-Hallaj saat itu menjadi daya tari yang tidak ada tandingannya, ke mana pun pergi, orang selalu berkerumun, dan selalu mengikuti langkah untuk mendengarkan penceramah-penceramahnya. Karena, demi keamanan dan kestabialn negara, penguasa mewajibkan rakyat untuk mewaspadai Tasawuf Al-Hallaj Salah satu tokoh Tasawuf yang kontroversial abad ke 3 Hijriyan adalah Syaikh Al-Hallaj sebagian besar para pakar menggolonggakan Al-Hallaj sebagai tokoh tasauwf falsafah. Didalam studi ilmu ada istilah pembagian tasawuf akhlak, tasawuf Amali dan tasawuf falsafi. Maka dari ketiga pembagian tasawuf ini sebenarnya tidak benar. Tidak ada namanya tasawuf Pemikiran Tasawuf Falsafi Abu Mansyur Al-Hallaj. Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 akhlak karena akhlak itu bagian dari tasawuf, tidak ada namanya tasawuf amali karena sebetulnya Tasawuf itu bentuk amalan bathin, sebagaimana fikih bentuk amalan dhahir. Dan tidak ada namanya tasawuf Falsafi karena antara tasawuf dan Falsafi/filsafat itu sangat berbeda. Dalam hal ini seorang pakar cosmologi dan filsafat sekaligus ahli tasawuf dari Suriah Syaikh Prof. Dr. Mohammed Haj Yousef menjelaskan Antara tasawuf dan filsafat tidak ada hubungannya sama sekali. Tasawuf adalah Makrifat Dzuq dan jalan kasyf dan tajalli Ilahiyyah di dalam hati hamba Allah. Sedangkan filsafat itu suatu pemahaman/ asas pada akal. . ‚Tasawuf adalah perjalanan/tarekat untuk menuju Al-Haq yang hasilnya tersingkapnya rahasia Ilahiyyah di dalam hati hambaNya. Sedangkan filsafat adalah ilmu tentang akal‛. Oleh karena itu, tidak tepat menisbatkan Al-Hallaj kedalam tokoh tasawuf falsafa, karena konsep-konsep ajaran Al-Hallaj ini bersifat Dzuq, dan Kasyf sehingga bagi ulama-ulama fikih rasional tak mampu untuk memahami secara akal. Akan tetapi sebagian para pakar tasawuf tetap juga menggunakan istilah tasawuf falsafi sebagai kajian akademisi dan ilmiah. Malik Ibrahim, menjelaskan Konsep hulul, nur Muhammad dan wihdatul adyan adalah merupakan konsep-konsep falsafi al-Hallaj yang merupakan hasil dari kontemplasinya tentang keilmuan dan keadaan masyarakat di sekitarnya yang dinilai terlalu memegangi hal-hal di luar esensi kewajiban manusia sebagai hamba Tuhan. Al-Hallaj menilai kondisi masyarakat pada waktu itu mengesampingkan aspek hubungan yang kaffah Mohamed Haj Yousef, Writer and researcher specialized in cosmology and philosophy. Wawancara Online pada tangal 7 Juni 2021 pukul WIB Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 dengan Allah. Artinya al-Hallaj menawarkan konsep yang dirasa bisa mengembalikan fungsi dan kewajiban manusia sebagai makhluk Hulul Pemikiran Al-Hallaj yang sangat kontroversial, menonjolkan dan dianggap sebagai pemikiran yang ekstrim sepanjang sejarah tasawuf dalam Islam adalah ajarannya tentang hulul. Hulul artinya Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana. Prof Said Aqil Siroj menjelaskan ‚Fana adalah pintu masuk Al-Hallaj menuju hulul, yakni sirnanya kedirian dan ekistensinya menuju pengalaman baqa atau berkekalan abadi dalam proses hulul.‛ Sebagai unngkapan Al-Hallaj ‚Kesendirianku dengan Dzat, tak seorangpun yang menerimanya, dan juga tidak menerima siapapun‛.Fana bagi Al-Hallaj mengandung tiga tingatan Tingkat memfanakan semua fikiran tajrid taqli, khayalan, perasaan dan perbuatan hingga tersimpul semata-mata hanya kepada Allah dan tingkat menghilangkan semua kekuatan pikiran dan kesadaran. Dari tingkat fana dilanjutan ketingkat fana al fana, peleburan wujud jati manusia menjadi sadar keTuhanan melarut dalam hulul hingga yang di sadarinya hanyaah Tuhan. Teori fana Al-Hallaj ini kemudian dikembangan oleh Imam Al-Ghazali, Imam Ibnu Arabi, Imam Al-Qunawi, Jalaluddin Rumi, Syaikh Abdul Karim Al-Jili dan ulama-ulama Sufi yang sepaham dengannya. Menurut Louis Massignon memberi uraian panjang atas ide Hulul Al-Hallaj ini da nasal-usul substansi gagasannya. Menurut orientalis kenamaan asal Prancis ini Al-Hallaj mengatakan Malik Ibrahim, Al-Hallaj dan Pemikiran Tasawuf Falsafinya Suatu Penjajakan Awal, Sosio-Religia, Vol. 3, No. 1, November 2003, hal 45 Emroni. “Sejarah Pemikiran Tasawuf Falsafi Al-Hallaj” . Darussalam, Vo 9, No 2, 2009. Hal 4 Said Aqil Siroj, Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi, Diterbitkan oleh Yayasan Said Aqil Siroj, Jakarta, 2021 hal 198 Abul Qasim Al-Qusyairi, Risalah Al-Qusyairiyah fi' Ilmi at-Tashawwuf, Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qahirah hal 423 Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi. Surabaya Karya Utama. Hal 166 Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Al-Haq memanisfestasikan Diri-Nya untuk Diri-Nya di zaman azali sebelum menciptakan makhluk, sebelum adanya ilmu sebelum penciptaan. Pada hadirat KeesaanNya, yang Haq berkomunikasi dengan Diri-Nya dalam wacana yang tidak terlukiskan, tanpa kalam, tanpa huruf, berkotemplasi dalam Diri-Nya dan merenungkan Kemegahan dan Keagungan Esensi-Nya dalam pernyataan ini substansi ajaran Hulul mengandung dua unsur, yaitu unsur Lahut dan Unsur Nasut. Teori lahut dan nasut ini mempuya mempunyai dasar yang ada di dalam Al-Quran yakni; ‚Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir‛ 34 Ayat ini menyangkut kisah penciptaan Adam oleh Allah Swt. Lalu Iblis diperintahkan untuk sujud kepadanya, lalu menolak perintah tersebut. Kisah ini dimanfaatkan oleh Al-Hallaj untuk dijadikan dalil argument untuk membangun filsafat sufistiknya. Tentang sifat lahut dan nasut Tuhan, dapat di lihat dari syair Al-Hallaj berikut . ‚Maha suci Allah yang menunjukkan kepada para malaikat bahwa unsur kemanusiaan-Nya nasut adalah gudang rahasia kemuliaan Keilahian-Nya lahut yang berkilauan. Sejak itu Dia menunjukkan DiriNya kepada penciptaan-Nya dalam bentuk manusia yang makan dan minum sedemikian rupa sehingga ciptaan-Nya dapat melihat-Nya bak sejelas kedipan mata kita‛ Said Aqil Siroj, Allah dan Alam Semesta……… hal 198 Said Aqil Siroj, Allah dan Alam Semesta……… hal 198 Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Di dalam lain kesempatan Al-Hallaj juga bersyair . . ‚Di bumi manakah yang Kosong Dari Diri-Mu, sehingga mereka bergegas datang mencari-Mu dilangit Engkau melihat mereka memandang-Mu dengan sangat jelas, tapi mereka tidaklah memandang karena kebutaan‛Bentuk-bentuk Al-Hulul 1. Al-Hulul Al-Jawari yaitu dua, keadaan dimana esensi yang satu dapat mengambil tempat pada yang lain tanpa ada penyatuan sebagaimana halnya terlihat air bertempat dalam tempayang. 2. Al-Hulul Al-Sayorani ialah menyatunya dua esensi sehingga tampat hanya satu esensi, seperti zat cair yang telah mengalir dalam bunga. Rupanya paham kedua inilah yang di kembangkan Nur Muhammad Ajaran Al-Hallaj yang lain adalah tentang haqiqah Muhammadiyah yakni kejadian alam ini yang berasal dari nur Muhammad, menurut Al-Hallaj, bahwa Nabi Muhammad SAW terjadi dari dua wujud yaitu wujud qadim dan azali serta sebagai manusia Nabi. Dari nur rupa yang qadim tersebut diambil segala nur untuk menciptakan segala makhluk. Nur Muhammad bersifat qadim tetapi berbeda dengan qadimnya Allah SWT, tetapi perbedannya hanyalah pada namanya saja, qadim pada zat Allah SWT, disebut lebih dahulu, sedangkan rupa yang kedua adalah Muhammad sebagai manusia, nabi dan utusan Allah yang mengalami kematian. Di dalam ajaran ini Al-Hallaj mengatakan, bahwa Allah menciptakan penciptanya yang pertama kali melalui nur-Nya yang berasal dari sebagian dirinya, yang disebutnya sebagai Nur Muhammad. Menurut Al-Hallaj Nur Muhammad itu telah ada sejak dulu sebelum ada penciptaan-penciptaan yang lain, ia telah bersama-sama dengan Al-Haq sejak Nurnaning Nawawi. “Pemikiran Sufi Al-Hallaj Tentang Nasut dan Lahut”. Al-Fikr Vol 17, No 3, 2013, hal 580 Emroni. “Sejarah Pemikiran Tasawuf …………. Hal 5-6 Muhammad Zamrud Tualeka & M. Wahid Nur Tualeka. “Kajian Kritis tentang Tasawuf Al-Hallaj”. Al-Hikam, Vol 3, No 2, 2017, hal 7. Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Ide Nur Muhamad itu menghendaki adanya insan kamil sebagai manifestasi sempurna pada manusia. Dari sini Al-Hallaj insan kamil Nabi Isa Al Masih adalah Al Syahid ala wujudillah, tempat tajali dan berujudnya Tuhan. Demikian juga hidup kewalian yang sesungguhnya ada pada kehidupan Isa Al Masih itu. Nur Muhammad merupakan pusat kosmopologi dan pusat kesatuan pada Nabi. Nabi-nabi dan nubuwatnya merupakan sebagian saja dari cahaya nur Muhammad. Dengan demikian ada dua pengertian tentang Muhammad yaitu Muhammad dipandang sebagai insan adalah Rasulullah yang bersifat Baharuhudus dan hakikat kemuhammadannya berupa nur yang bersifat qadim dan azali. Tabiat ketuhanannya yang bersifat qadim disebut lahut, sedangkan tabiat kemanusiaannya yang bersifat baharu di sebut Wihdatul Adyan Konsep wihdatul adyan dimungkinkan lahir karena terilhami oleh kondisi masayarakat yang pada waktu itu telah terpecah-belah menjadi beberapa firqoh dalam skala minimal32 dan beberapa agama dalam skala maksimal yang satu sama lain saling mengklaim firqohnya/agamanyalah yang paling benar, yang pada akhirnya menimbulkan banyak pertentangan. Konsep ini menekankan bahwa yang paling esensi dari keberagamaan seseorang tidak terletak pada siapa dan bagaimana bentuk pemahaman orang tentang Tuhan, namun lebih pada nilai ketaatannya terhadap Tuhan dari masingmasing agama. Tidak ada gunanya saling menjelekkan antara satu pemeluk agama dengan agama yang lain, karena walau bagaimanapun terdapat unsur kemampuan di luar kekuasaan manusia dalam penentuan agama yang dipeluk oleh seseorang, yaitu unsur hidayah. Tasawuf adalah bagaimana manusia mempunyai hubungan sedekat mungkin dengan Tuhan, hal ini menurut al-Hallaj walaupun Tuhan itu dipahami wujudnya dengan bentuknya yang berbeda oleh masing-masing agama, tetapi yang ditekankan di sini adalah hubungan atau interaksi antara manusia dengan Sang Kholik, seperti konsep hulul. Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi………. Hal 166 Emroni. “Sejarah Pemikiran Tasawuf …………. Hal 6 Malik Ibrahim, Al-Hallaj dan Pemikiran…… hal 46 Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Ini adalah salah satu ciri yang membedakan antara kalam/teologi dengan tasawuf, di mana kalam/teologi dalam memahami Tuhan lebih menekankan pada wujud Tuhan, sedangkan dalam tasawuf lebih ditekankan pada hubungan manusia dengan Tuhan, bukan pada wujud Tuhan. Respon Terhadap Pemikiran Al-Hallaj Dalam hal ini, ajaran hulul yang dibawa oleh al-Hallaj masih menuai kejanggalan bagi ulama-ulama lain. Berbagai ragam perkataan orang tentang al-Hallaj. Setengahnya mengkafirkan dan setengahnya lagi membela. Beberapa perkataan, terutama dari pihak kekuasaan pada masa itu tersiar bahwasanya ajaran al-Hallaj sangat merusak ketenteraman umum. Dari sekian banyak respon mengenai al-Hallaj, penulis dapat membuat tiga kelompok. Kelompok pertama yang memahami konsep tasawuf al-Hallaj dan menolaknya, kedua, tidak memahami dan menolaknya. Dan yang ketiga, tidak memahami memahami konsep alHallaj dan menolaknya. Ada yang besikap berlebihan dan memuji al-Hallaj sehingga menganggap al-Hallaj telah diangkat ke langit seperti al-Masih. Ada pula yang mengatakan ia akan kembali lagi setelah 40 tahun. Bahkan ada yang beranggapan meluapnya air sungai Dajlah setiap tahun disebabkan dibuangnya abu mayat al-Hallaj yang dibakar ke sungai tersebut. Sebagian yang lain menganggap ia telah murtad dan kafir. Ada pulah ynag bersikap tawaqquf tidak berkomentar apa-apa seperti Abu Abbas bin Syuraih. Menurut as-Sullamiy, mayoritas al-Masyaikh guru-guru besar tasawuf menolak al-Hallaj. Kebanyakan kelompok fiqhi mengkafirkannya, dengan alasan bahwa mengatakan bahwa dari manusia bersatu dengan Tuhan, adalah syirik yang besar, sebab mempersekutukan Tuhan dengan dirinya, oleh karena itu hukum bunuh yang diterimanya adalah hal yang patut. Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Ibnu Nadim dan lain lain berpendapat demikian. Tetapi ulama-ulama yang lain seperti Ibnu syuriah, seorang ulama yang sangat terkemuka dalam madzhab Malik, telah memberikan jawaban ‚Ilmuku tidak mendalam tentang tentang dirinya. Sebab itu saya tidak berkata apa-apa.‛Akan tetapi banyak pula yang menerimanya dan menyiarkannya kedalam bentukk lain, diantaranya Abul Abbas bin Atha’ Al-Bagdadi, Mohammad Ramdhany, Telaah Ajaran Tasawuf Al-Hallaj, Kontemplasi, Volume 05 Nomor 01, Agustus 2017 hal 204 Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Muhammad bin Khafif Asy Syairazi, Ibrahim bin Muhammad An Nazarbazi, semuanya membenarkannya. Ibnu Khafif menyimpulkan pendapat-pendapat mereka dalam sebuah kalimat ‚Hushain bin Mashur Al-Hallaj adalah seorang Alim Rabbani, dan orang yang melenyapkan namanya dalam ilmu sufi, menuduh Al-Hallaj meringankan agamanya, dan menuduh Al-Hallaj Zindiq dalam I’ tokoh-tokoh sufi terbesar terutama Al-Hallaj, yang selalu didengar pendapatnya dalam masalah-masalah pelik dalam ilmu tasawuf da Islam. Al-Wasithi bertanya kepada Ibnu Suraij ‚Bagaimana pendapatmu tentang Al-Hallaj ? ‚Jawabnya ‚Ia seseorang alim yang hafal Al-Quran, seseorang yang mashir dalam ilmu fiqih, ahli hadits, sejarah agama dan sunnah Nabi‛. akhbar Al-Hallaj Dalam kitab ‚Syaztuz Zahab‛, diterangkan, ahli kimia dan ahli tabib, Qusyairi memuji-muji Al-Hallaj dalam Risalahnya sebagai orang sufi terbesar. Puji-pujian itu diikuti oleh yang lain, diantaranya Imam Al-Ghazali. DR. Zaki Mubarak membela Al-Hallaj dalam kitab ‚At Tashawwuf fi Islam‛ Mesir, 1983 dan mempersamakannnnya dengan Isa Al Masih dalam ta’ayinya zat dan sifat Allah. Dalam kitabnya yang lain menyerang Al-Ghazali dengan Ihya-nya, membela Al-Hallaj dengan katanya ‚Kisah Al-Hallaj dengan Tuhannya adalah sebuah kisah yang jarang terdapat contoh teladannya, karena ia mengadung peperangan antara hati dan ketakutan, antara mata dan air mata yang berlinang-linang. Orang dapat mempelajari dalam kisah itu, dan olok-olok. Jikalau penyalahan Al-Hallaj itu terjadi dalam sejarah ribuan tahun, maka kita akan menamakannya suatu dongeng, sebagaimana sebagaian orang mengatakan salib Isa itu sudah termasukk diantara dongeng pula dalam sejarah dunia. Tetapi penyulaan Al-Hallaj baru terjadi dan khabar beritanya mutawatir, makanya berdiri di Bagdad dengan megahnya, dikunjungi dan diziarahi orang. Akupun menziarahinya dan melihat dengan mata kepada sendiri kubur itu di kunjungi orang, sebagaimana kuburan-kuburan lain dikunjungi orang yang mencintainya. Alangkah sukarnya kedudukan orang yang dicintai itu, baik pada waktu hidupnya maupun pada waktu sesudah matinya‛. Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi………. Hal 166 Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi………. hal 170 Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Adapun beberapa ulama Tasawuf kontemporer juga memberikan pembelaan kepada Al-Hallaj, diantaranya 1. Syeikh As-Syarif Al-Habib Yusuf Muhyiddien Al-Bakhour Al-Hasani, jabatan da’i kehormatan dan Penasihat umum dalam bidang hukum agama dan moral Islam di seluruh komuniti muslim di Amerika Utara, juga sebagai Pensyarah Fikih Ushul Fikih di Universiti Al-Azhar dan Pimpinan Umum Persatuan Da’i Tasawuf internasional berpendapat; ‚Tentang Kalam/perkataan Imam Al-Hallaj adalah kalam khas atas dasar Dzuq. Dzuqi disini membawa maksud perasaan khusus kepada dirinya sendiri dan bukan kepada orang lain. Dan ketika Al-Hallaj berkata mengenai Ana Al-Haq itu dinisbatkan kepada perasaanya dan tidak terbina diatas hukum. Contohnya ketika seseorang membaca sesuatu, hanya dialah yang memahami apa yang dibacanya dan dzuqi itu perasaan bathin datang dari Ilahiyyah untuk individu bukan untuk orang lain dan perkataan tentang Al-Hulul bermakna menunjukkan isyarah ke Azdhiman/keagungan Allah semata.‛2. Abuya Syaikh Amran Waly Al-Khalidiy Pimpinan Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf MPTT_I Asia Tenggara menjelaskan a. Al-Hallaj mengatakan maka itu penyebab nya ulama-ulama Zahir fikih menuduh Al-Hallaj mendakwa dirinya sudah menjadi Allah sehingga Al-Hallaj dibunuh. Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani mengatakan "Jika Al-Hallaj itu ada pada masa ku niscaya aku mencegah akan orang yang hendak membunu dia" kitab Durrun Nafis hal 9. Karena penyebabnya Al-Hallaj dalam keadaan sakar atau mabuk cinta ketuhanan, dengan dasar penyampaian Syaikh Sibawahi isim yang paling Makrifat adalah nama Allah, lebih Makrifat dari isim dhamir yaitu makanya kita harus bermakrifat kepada Allah lebih dari keakuan kita. b. Bagi orang Sufi berzikir dengan kalimat tidak ada ananiyahku selain Allah melain Allah. Ananiyah adalah bathin si hamba, Hakikat wujud bathinya adalah Allah, makanya yang dimaksudkan Al-Hallaj adalah hakikat wujud bathinya adalah Allah, maka dia Al-Habib Yusuf Muhyiddien Al-Bakhour Al-Hasani, Wawancara Online melalui WhatsApps, Pada Tanggal 5 Juni 2020 Pukul WIB Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 mengatakan aku Allah Hakikat wujud bathinya, ananiyah atau Hakikat dari pada wujudnya adalah Allah. Ucapan ini sangat bertentangan bersalahn dengan ilmu Zahir, melihat Zahir ucapan seolah-olah Al-Hallaj memproklamirkan dirinya Allah, maka kerana ucapan ini keluarlah fatwa ulama fuqaha bahwa Al-Hallaj berhak dibunuh. Yang di garis bawahi pada syariat kita melakukan shalat dengan ucapan "aku sembayang fardhu dhuhur 4 raka'at karena Allah." Sedangkan pada hakikat "aku ini tidak mempunyai wujud sama sekali, yang melakukan sembahyang baik perbuatan, sifat dan dzat melainkan hanya Allah semata." Kalau kita mendakwakan lainnya ada maka terjadilah wujud Waham/khayali di dalam bathin kita sehingga terhijab wujud yg hakiki yaitu Allah dalam pandangan Nama lengkap Al-Hallaj adalah Abu al-Mughits al-Husain Bin Mansur bin Muhammad al-Baidhawi, tetapi kemudian lebih dikenal sebagai Al-Hallaj. Ia lahir pada tahun 244 H/ 858 M di Thur, salah satu desa sebelah Timur Laut Baidha’ di Persia. Mengenai sebab-sebabnya hukuman masih sekarang menjadi kontroversial. Kebanyakan orang mengemukakan bahwa sebab-sebab hukumannya dilaksanakan di karenakan ada perbedaan pemahaman dengan ulama fikih yang di lindungi oleh pemerintah. Pemikiran Al-Hallaj yang sangat kontroversial yakni Hulul, Nur Muhammad, danWahdatul Adyan. Hulul artinya fana /sirnanya kedirian dan ekistensi keakuan hamba menuju pengalaman baqa atau berkekalan abadi kepada Al-Haq. Ajaran Al-Hallaj yang lain adalah tentang haqiqah Muhammadiyah yakni kejadian alam ini yang berasal dari nur Muhammad, menurut Al-Hallaj, bahwa Nabi Muhammad SAW terjadi dari dua wujud yaitu wujud qadim dan azali serta sebagai manusia Nabi Al-Hallaj mengatakan bahwa agama-agama yang ada di dunia ini pada hakikatnya sama saja, maksudnya yang di sembah sama yaitu menuju Tuhan yang Maha Esa. Abul Abuya Amran Waly Al-Khalidiy, Makalah Kegiatan Majelis Pengajian Tauhid Tasawuf kabupaten Aceh barat, yang dilaksanakan di komplek masjid Babusslaam meulaboh, pada hari Ahad tanggal 25 Oktober 2020 Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Abbas bin Atha’ Al-Bagdadi, Muhammad bin Khafif Asy Syairazi, Ibrahim bin Muhammad An Nazarbazi, Syeikh As-Syarif Al-Habib Yusuf Muhyiddien Al-Bakhour Al-Hasani, Abuya Syaikh Amran Waly Al-Khalidiy semuanya membenarkannya. Perkataan Imam Al-Hallaj adalah kalam khas atas dasar Dzuq. Dzuqi disini membawa maksud perasaan khusus kepada dirinya sendiri dan bukan kepada orang lain Al-Hallaj dalam keadaan sakar atau mabuk cinta ketuhanan. Daftar Pustaka Abuya Amran Waly, Makalah Kegiatan Majelis Pengajian Tauhid Tasawuf kabupaten Aceh barat, yang dilaksanakan di komplek masjid Babusslaam meulaboh, pada hari Ahad tanggal 25 Oktober 2020 Al-Habib Yusuf Muhyiddien Al-Bakhour Al-Hasani, Wawancara Online melalui WhatsApps, Pada Tanggal 5 Juni 2020 Pukul WIB Abul Qasim Al-Qusyairi, Risalah Al-Qusyairiyah fi' Ilmi at-Tashawwuf, Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qahirah Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi. Surabaya Karya Utama. Alfatih Suryadilaga, dkk. 2008. Miftahus Sufi. Yogyakarta Teras Emroni. ‚Sejarah Pemikiran Tasawuf Falsafi Al-Hallaj‛ . Darussalam, Vo 9, No 2, 2009. Malik Ibrahim, Al-Hallaj dan Pemikiran Tasawuf Falsafinya Suatu Penjajakan Awal, Sosio-Religia, Vol. 3, No. 1, November 2003 Mohammad Ramdhany, Telaah Ajaran Tasawuf Al-Hallaj, Kontemplasi, Volume 05 Nomor 01, Agustus 2017 Mohamed Haj Yousef, Writer and researcher specialized in cosmology and philosophy. Wawancara Online pada tangal 7 Juni 2021 pukul WIB Muhammad Zamrud Tualeka & M. Wahid Nur Tualeka. ‚Kajian Kritis tentang Tasawuf Al-Hallaj‛. Al-Hikam, Vol 3, No 2, 2017 Nurnaning Nawawi. ‚Pemikiran Sufi Al-Hallaj Tentang Nasut dan Lahut‛.Al- Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Fikr Vol 17, No 3, 2013 Said Aqil Siroj, Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi, Diterbitkan oleh Yayasan Said Aqil Siroj, Jakarta, 2021 Pemikiran Tasawuf Falsafi Abu Mansyur Al-Hallaj. Copyright © 2021 Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam Vol. 2, No. 2, Oktober 2021, e-ISSN; 2723-0422 Copyright rests with the authors Copyright of Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam is the property of Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam and its content may not be copied or emailed to multiple sites or posted to a listserv without the copyright holder's express written permission. However, users may print, download, or email articles for individual use. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Hakikat Awal Nur Muhammad. Pamahaman tentang hakikat Nur Muhammad pada umumnya dimulai dari kajian asal yaitu ketika, seluruh alam belum ada dan belum satu pun makhluk diciptakan Allah swt. Pada saat itu yang ada hanya zat Tuhan semata-mata, satu-satunya zat yang ada dengan sifat Ujud-Nya. Banyak dari kalangan sufi memahami bahwa pada saat itu zat yang ujud yang bersifat qidam tersebut belumlah menjadi Tuhan karena belum bernama Allah, Untuk bisa dikatakan sebagai tuhan, sesuatu itu harus dan wajib ada yang menyembahnya. Apabila tidak ada yang menyembah maka tidak bisa sesuatu itu dikatakan sebagi tuhan. Logikanya demikian Karena zat yang ujud-Nya besifat qidam tersebut pada saat itu hanya berupa zat, maka pada saat itu Dia belum menjadi Tuhan dan Dia belum bernama Allah, karena kata Allah sendiri dipakai dan diperkenalkan oleh Tuhan sendiri setelah ada makhluk yang akan menyembahnya serta hakikat makna dari kata Allah itu sendiri berarti yang disembah oleh sesuatu yang lebih rendah dari padanya. pada tahap ini mungkin bisa difahami demikian Setelah itu, barulah diciptakam Muhammad dalam ujud nur atau cahaya yang diciptakan atau berasal dari Nur atau Cahaya Zat yang menciptakannya sebagai perbandingan kaliamat Adam Diciptakan dariTanah . Yaitu Nur yang cahanya terang benderang lagi menerangi. kemudian nur tersebut difahami sebagai Nur Muhammad . Nur itulah yang kemudian mensifati atau memberi sifat akan Zat yaitu sifat Ujud yang berati ada dan mustahil bersifat tidak ada karena sudah ada yang mengatakan “ ada “ atau meng-“ada”-kan yaitu Nur Muhammad. Jabir ibn `Abd Allah berkata kepada Rasullullah “Wahai Rasullullah, biarkan kedua ibubapa ku dikorban untuk mu, khabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua benda.” Baginda berkata “Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah jadikan ialah cahaya Rasulmu daripada cahayaNya, dan cahaya itu tetap seperti itu di dalam KekuasaanNya selama KehendakNya, dan tiada apa, pada masa itu Hr al-Tilimsani, Qastallani, Zarqani `Abd al-Haqq al-Dihlawi mengatkan bahwa hadist ini sahih Ali ibn al-Husayn daripada bapanya daripada kakaeknya berkata bahwa Rasullullah berkata “Aku adalah cahaya dihadapan Tuhanku selama empat belas ribu tahun sebelum Dia menjadikan Adam HR Imam Ahmad, Dhahabi dan al-Tabari Setelah Nur Muhamamad diciptakan dari Nur atau Cahaya Zat-Nya, maka selanjutnya Nur Muhammad itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya dengan Zat, karena dengan Nur Muhammad itulah, Zat melahirkan semua sifat yang disifati-Nya “ Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[ * ], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya [ ** ], yang minyaknya saja Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. “ QS 024. An Nuur ayat 35 [*] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus misykat ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain. [**] Maksudnya pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik. Ibn Jubayr dan Ka`b al-Ahbar berkata “Apa yang dimaksudkan bagi cahaya yang kedua itu ialah Rasullullah kerana baginda adalah PesuruhNya dan Penyampai dari Allah terhadap apa yang menerangi dan terdzahir.” Ka`b berkata ” Minyaknya bersinar akan berkilauan kerana Rasullullah bersinar akan diketahui kepada orang ramai walaupun jika baginda tidak mengakui bahawa baginda adalah seorang nabi, sama seperti minyak itu bersinar berkilauan walaupun tanpa dinyalakan. Dari dalil-dalil yang disampaikan diatas dapatlah difahami bahwa hubungan antara Nur Muhammad dengan Zat Tuhan adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu, dimana Allah berdiri disana nur muhammad berada, Ketika Allah disebut, maka disana Muhammad ikut menyertainya seperti pada pada kalimat tauhid “ La Ila Ha Illaallah, Muhammad rasululullah “ Ketika Allah disebut, maka mutlak disana Muhammad ikut atau berada. Ibarat api dengan panasnya. Dimana api berada, maka disana pula panasnya berada. Dimana Zat berada disana pula Nur Muhammad berada. Bukanlah dikatakan api kalau tidak terasa panas. Ketika api disentuh, maka sesunggunya yang tersentuh hanyalah panasnya saja dan ketika terasa panasnya api pada hakikatnya yang dirasakan adalah api itu sendiri. Sehingga untuk memudahkan pemahaman, kalau diibaratkan “ api “ adalah zat dan “ panas “ adalah Nur Muhammad yang menjadi sifat yang tidak terpisahkan dari pada api. Sebagai contoh lain dapat difahami melalui konsep laut dan gelombang. Tidaklah dikatakan sesuatu itu laut kalau dia tidak bergembang ombak . Karena gelombang itu adalah sifat dari pada laut. Dimana ada laut, maka disana pula ada gelombangnya. Tidak bergoncang atau bergerak gelombang itu apabila laut tidak bergoncang. Karena gelombang itu adalah laut yang bergocang. Ketika kita memandang laut yang terlihat adalah gelombangnya. Dan ketika mata memandang gelombang, pada hakikatnya yang dipandang adalah laut. pemahaman ini mungkin sebaiknya disimpan dulu untuk memudahkan pemahaman pada kajian selanjutnya Coba pelajari dan fahami hadist berikut dalam acuan pemahaman diatas “ Aku telah dimasukkan ke dalam tanah pada Adam dan adalah yang dijanjikan kepada ayahanda ku Ibrahim dan khabaran gembira kepada Isa ibn Maryam “ HR Ahmad, Bayhaqi “ Bila Tuhan menjadikan Adam, Dia menurunkan aku dalam dirinya Adam. Dia meletakkan aku dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api dalam diri Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia dan memasukkan aku ke dalam rahim yang suci sehingga Dia mengeluarkan aku dari kedua ibu-bapa ku. Tiada pun dari mereka yang terkeluar “. HR Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani Mungkin postingan ini terlalu singkat sehingga tidak mudah untuk difahami. Tapi cukup untuk sekedar bahan yang berguna untuk menyegarkan kembali pemahaman yang sudah ada dan sebagai pelengkap wawasan dalam diskusi di majelis taklim masing-masing. 10 Februari 2010 - Posted by Kajian Tauhid Tauhid Belum ada komentar.
zat allah dan nur muhammad